Profil Sikap Wirausaha Manajer, Partisipasi Anggota, Implementasi
Strategi Pemasaran dan Kinerja Usaha Koperasi
KARTIB BAYU
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.8,
No. 2
Profil Wirausaha Manajer
Sikap wirausaha manajer pada KUD di Jawa Barat kecenderungan
sudah positif. Namun demikian sikap
wirausaha tersebut masih bervariasi, hal ini ditunjukan masih adanya sikap
wirausaha manajer yang netral dan negatif. Terjadinya perbedaan sikap pada Manajer tersebut sesuai dengan
pendapat Bilson Simamora (2004 : 180)
bahwa sikap seseorang bisa terjadi perbedaan dengan orang lain, hal ini
dikarenakan tingkat kebutuhan setiap manajer berbeda, persepsi terhadap
realitas yang dihadapi berdasarkan persepsi masing -masing dan adanya perbedaan
dalam pengolahan pengalaman langsung
yang mereka alami. Sikap wirausaha
manajer dengan kecenderungan positif merupakan dasar bagi manajer untuk
mengelola usahanya. Sesuai dengan pendapat
Mueller (1996 : 9), bahwa sikap
seseorang yang positif, dimungkinkan untuk mengekspresikan nilai- nilai yang
diyakininya, artinya setiap orang akan berusaha untuk menterjemahkan nilai -nilai yang diyakininya ke dalam kontek sikap yang lebih nyata. Selanjutnya
Mueller (1996 : 7) menyatakan bahwa sikap yang diikuti dengan keyakinan
ada kecenderungan orang akan menyukai dan cenderung mempunyai kepercayaan yang
positif tentang objek dan akan
merealisasikan kecenderungan kecenderungan atau keinginan- keinginannya ke
dalam perilaku yang positif. Sedangkan menurut Winardi (2004 : 217) seorang manajer bersikap negatif disebabkan adanya pengalaman pahit masa lalu
dan tidak terpenuhinya harapan untuk memenuhi kebutuhannya. Tri Dayakisni Hudaniah (2004 : 95 )
menyatakan bahwa sikap merupakan fungsi
dari keyakinan tentang kemungkinan timbulnya konsekuanesi bila seseorang akan menentukan sikapnya baik
positif maupun negatif dan akan mewujudkan dalam perilakunya maka pribadinya
akan mengevaluasi terhadap konsekuensi yang mungkin timbul.
Profil Partisipasi Anggota
Partisipasi anggota pada KUD di Jawa Barat kecenderungan sudah aktif. Namun demikian
tingkat partisipasi anggotanya masih bervariasi, yang ditunjukkan dengan masih
adanya KUD dengan tingkat partisipasi
anggota yang kurang aktif, pasif dan bahkan ada sangat pasif. Terjadinya
perbedaan ini sesuai dengan pendapat Ropke (2003 : 53) bahwa tingkat
partisipasi ditentukan oleh karakteritik anggota, manajemen dan program yang
dilaksanakan oleh koperasi. Menurut Bayu
Krisnamurthi (2002 : 5) Keterlibatan
anggota dengan koperasi karena pertimbangan rasional yang melihat koperasi
mampu memberikan pelayanan yang lebih baik. Koperasi yang telah berada pada
kondisi ini dinilai berada pada tingkat yang lebih tinggi dilihat dari perannya
bagi anggota dan masyarakat. Tingkat
partisipasi anggota KUD di Jawa Barat dengan
kecenderungan sudah aktif, merupakan dasar dan kekuatan untuk
meningkatkan kinerja usaha koperasi. Sesuai dengan pendapat Hanel (2005 : 79)
Para anggota koperasi memiliki hak dan kesempatan serta termotivasi dan sanggup
untuk berpartisipasi dalam mengambil
keputusan mengenai tujuan yang hendak
dicapai, berpartisipasi dalam pemupukan modal dan partisipasi dalam pemanfaatan
pelayanan yang diberikan koperasi untuk mewujudkan tujuan koperasi yang telah
ditentukan. Menurut Ropke (2003 : 41)
bahwa partisipasi anggota dibutuhkan untuk mengurangi kinerja koperasi yang
buruk, mencegah penyimpangan dan membuat
pengurus atau manajemen lebih bertanggung jawab. Selanjutnya Menurut Tiktik
Sartika Partomo, (2004 : 82) bahwa Koperasi dikelola untuk meningkatkan manfaat atau kepentingan para anggotanya dengan menggunakan metode
yang khusus untuk mengoptimalkan kebutuhan anggotanya dan memberikan
balas jasa berdasarkan partisipasi
anggota pada koperasi dan memberikan
pelayanan tambahan yang lebih baik.
Profil Strategi Pemasaran Produk
Implementasi strategi pemasaran pada KUD di Jawa Barat
kecenderungan masih kurang baik, artinya strategi pemasaran yang telah dibuat
kurang dapat diimplemtasikan dengan baik. Hal ini perlu dicermati karena kemungkinan dalam implementasinya
terdapat kendala atau masalah sehingga implementasinya tidak sesuai dengan
harapan. Sesuai dengan pendapat Kusnadi
dan Agustina Hanafi (1999 : 382 - 385) bahwa
pada umumnya masalah yang dihadapi dalam
implementasian strategi yaitu implementasi berjalan lebih lambat dari
perencanaan awalnya, muncul masalah-masalah utama yang tidak terduga,
kurangnnya kemampuan para karyawan yang terlibat dalam implementasi strategi,
tidak terkendalinya faktor - faktor lingkungan eksternal, tidak memadainya
kepemimpinan dan pengarahan dari para manajer dan tidak memadainya pemantauan
aktivitas oleh sistem informasi yang dimiliki. Implementasi pemasaran yang kurang baik akan menentukan keberhasilan
usaha KUD. Sesuai dengan pendapat Craven (2006 : 153) bahwa implementasi
strategi pemasaran akan menentukan hasil
dari perencanaan pemasaran. Rencana implementasi yang baik memperlihatkan aktivitas yang akan diimplementasikan.
Profil Kinerja Usaha Koperasi
Kinerja usaha KUD di Jawa Barat kecenderungan sudah baik,
namun jika di lihat per KUD kinerja usahanya masih bervariasi, hal ini
ditunjukkan dengan masih adanya kinerja usaha KUD yang kurang baik, buruk dan
bahkan sangat buruk. Terjadinya variasi kinerja usaha disebabkan adanya
perbedaan kemampuan KUD dalam menghasilkan kinerja usaha yang baik. Sesuai
dengan pendapat Robbins (2001 :187)
bahwa kinerja merupakan fungsi dari kemampuan, motivasi, dan kesempatan.
Secara fisiologis, kemampuan (ability), pegawai terdiri dari kemampuan potensi
(IQ) dan kemampuan reality (job knowledge
dan skill), artinya
pegawai yang memiliki IQ diatas rata-rata dengan pendidikan yang memadai untuk jabatan
dan keterampilan dalam pekerjaannya sehari-hari
maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Melcher (1994
: 44) menyatakan bahwa diantara faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi dan
efektifitas organisasi adalah pola-pola perilaku yang muncul. Walaupun dua buah
organisasi beroperasi pada lingkungan yang sama, memakai peralatan yang sama,
dan menguasai teknologi yang sama, persoalannya mungkin memiliki latar belakang
skill dan pendidikan profesional yang sama, mungkin organisasi yang satu lebih
inovatif, efisien dan efektif dalam mencapai sasarannya daripada yang
lain. Perbedaan tersebut sebagian besar
karena pola-pola perilaku yang berkembang.
Hubungan Sikap Wirausaha Manajer dengan Partisipasi Anggota
Sikap wirausaha manajer memiliki hubungan yang signifikan dengan partisipasi anggota. Hasil pengujian menunjukan bahwa ditemukan
adanya hubungan yang signifikan antara
sikap wirausaha manajer dengan partisipasi anggota dengan nilai korelasi
sebesar 0,7579 atau 75,79 persen. Tingkat hubungan antara kedua
variabel tersebut dapat dikatakan sangat erat. Kondisi ini disebabkan bahwa
sikap wirausaha manajer pada KUD di Jawa Barat untuk mempengaruhi partisipasi
anggota secara umum dapat meningkatkan
partisipasi anggota dan juga sebaliknya bahwa partisipasi anggota dapat
meningkatkan sikap wirausaha manajer. Sesuai dengan Teori keseimbangan Heider
dalam Tri Dayakisni Hudaniah (2003 : 101) bahwa sikap seseorang akan berkenaan dengan
orang lain dan objek sikap serta akan membentuk suatu kombinasi yang akan
menghasilkan hubungan yang seimbang. Elemen yang terlibat dalam hubungan dipersepsi saling memiliki yang
berlangsung karena prinsip kesamaan, kedekatan dan pengalaman. Hubungan antara sikap wirausaha manajer dan
partisipasi sangat erat, hal ini menunjukkan bahwa kedua variabel itu sangat
berkaitan dan keberadaannya sangat
penting dalam perusahaan koperasi. Sikap
wirausaha manajer baik positif, netral maupun negatif sangat kuat dan ada
kecenderungan untuk berperilaku dan bertindak sesuai sikapnya. Hanel (2005 : 131) menyatakan bahwa
partisipasi anggota dapat dipertahankan dan meningkat, jika ada kesesuaian
antara anggota dengan program, adanya kesesuaian antara program dengan
kemampuan wirausaha manajer serta adanya kesesuaian antara wirausaha manajer
dalam mengambil keputusan dengan permintaan anggota.
Pengaruh Sikap Wirausaha Manajer dan Partisipasi Anggota
Terhadap Implementasi Strategi
Pemasaran
Hasil pengujian menunjukkan bahwa sikap wirausaha manajer
dan partisipasi anggota secara simultan berpengaruh secara signifikan
terhadap implementasi strategi pemasaran
dengan besar pengaruh 68,90 persen. Hal
ini menunjukkan bahwa 68,90 persen
variasi impelementasi strategi pemasaran KUD di Jawa Barat di tentukan oleh
variasi sikap wirausaha manajer dan partisipasi anggota. Sisanya 31,10 persen
ditentukan oleh variabel lain yang tidak diteliti, seperti gaya kepemimpinan
pengurus, peran serta pemerintah, lingkungan, dan budaya masyarakat sikap
wirausaha manajer dan partisipasi anggota merupakan faktor penting dalam
implementasi strategi pemasaran. Temuan
ini sesuai dengan pendapat Tri Dayakisni
Hudaniah (2003 : 105) bahwa sikap seseorang pada suatu objek merupakan
manifestasi dari kognitif, afektif dan konatif yang saling berinteraksi
memahami, merasakan dan berperilaku. Dalam sikap yang positif reaksi seseorang
terhadap suatu pekerjaan, maka mereka cenderung
menyenangi dan melaksanakan pekerjaan tersebut. Selanjutnya Lukman M.
Baga (2003 : 13) menyatakan bahwa Peran seorang wirausaha koperasi berbeda
dengan wirausaha pada umumnya. Wirausaha manajer koperasi tidak bekerja sendirian, melainkan bersama dengan anggotanya. Oleh karenanya, seorang wirausaha
manajer merupakan seorang pemimpin.
Pemimpin yang diikuti anggotanya, dan juga yang mengembangkan sumberdaya
yang dimiliki anggotanya, termasuk sumberdaya manusia anggota untuk
mengembangkan dan memanfaatkan peluang pasar yang tersedia. Secara parsial
bahwa sikap wirausaha manajer berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap implementasi strategi pemasaran sebesar 0,37,48. Keadaan ini mengindikasikan bahwa implementasi strategi pemasaran 37,48 persen
ditentukan oleh sikap wirausaha manajer. Hal ini membuktikan bahwa variabel
sikap wirausaha manajer merupakan faktor penting yang dapat memprediksi
implementasi strategi pemasaran. Temuan
ini sesuai dengan pendapat Bayu krisnamurthi (2002 : 6) bahwa Jiwa wirausaha koperasi mencerminkan jiwa
perwira (unggul) yang tidak hanya bersifat inovatif, tapi juga memiliki
kegigihan serta dedikasi tinggi terhadap bidang usaha yang digarap, percaya
diri dan mampu mengkalkulasi resiko, sabar dan kreatif dalam memecahkan
berbagai masalah yang dihadapi. Selain itu wirausaha manajer harus dapat
melayani kebutuhan untuk kegiatan usaha dan membantu menjual
produksi yang mereka hasilkan. Marver dan Slatter (1998 : 13) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa untuk dapat unggul
bersaing di pasar,
wirausaha manager harus
melaksanakan 3 kegiatan yaitu orientasi
konsumen, orientasi pesaing dan koordinasi antar fungsi. Orientasi pasar yang dilaksanakan koperasi
agar dalam persaingan pasar bisa
dipertahankan harga jual barang/jasa sedemikan rupa dengan tetap memperhatikan gerakan pesaing,
bahkan ikut mengendalikan harga jual barang/jasa. Secara parsial partisipasi
anggota berpengaruh positif dan signifikan terhadap implementasi strategi
pemasaran sebesar 0,5192, artinya variasi implementasi strategi pemasaran
secara parsial 51,92 persen ditentukan oleh variasi partisipasi anggota. Hal
ini membuktikan bahwa partisipasi anggota merupakan faktor penting dalam
menentukan implementasi strategi pemasaran. Hasil temuan ini sesuai dengan
pendapat Hanel (2005 : 133) bahwa
peningkatan pelayanan yang efisien melalui penyediaan barang dan jasa oleh
perusahaan koperasi akan menjadi perangsang penting bagi anggota untuk turut
memberikan kontribusinya bagi pembentukan dan pertumbuhan koperasi. Dalam hal ini intensitas perangsang yang
dikehendaki para anggota itu, sangat berkaitan erat dengan seberapa jauh barang
dan jasa tersebut memenuhi kebutuhan yang secara subyektif dirasakan oleh
masing - masing anggota, sehingga dapat meningkatkan kepentingan rumah tangga,
usaha tani atau unit usahanya.
Pengaruh Sikap Wirausaha Manajer dan Partisipasi Anggota
Terhadap Kinerja Usaha Koperasi.
Secara simultan, besarnya pengaruh variabel sikap wirausaha
manajer dan partisipasi anggota terhadap kinerja usaha koperasi sebesar 85,56 persen, sedangkan sisanya sebesar 14,46 persen disebabkan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti, yang diduga dari faktor internal yaitu
pengurus, faktor eksternal yaitu peran pemerintah dan pihak katalis koperasi. Hasil
temuan ini menunjukkan bahwa sikap wirausaha manajer, dan partisipasi anggota
merupakan faktor penting di dalam menentukan tinggi rendahnya kinerja usaha KUD
di Provinsi Jawa Barat. Relatif
tingginya pengaruh kedua variabel tersebut secara simultan terhadap kinerja
usaha KUD, karena variabel sikap wirausaha manajer, dan partisipasi anggota
merupakan faktor-faktor yang melekat pada individu manusia yang memiliki kaitan
erat dengan pembentukan kinerja usaha koperasi yang ditunjukkan dengan nilai
korelasi statistik antara variabel tersebut. Hasil temuan ini didukung oleh hasil penelitian Pitman (2005) terhadap kinerja berbagai macam koperasi di
Wisconsin (AS), yang menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja usaha koperasi
yaitu sikap dan komitmen yang efektif dari manajer, selalu ada informasi yang lengkap dan up to
date kepada anggota-anggotanya sehingga mereka akan meningkatkan
partisipasinya, mengembangkan dan memperluas pasar untuk produk anggota dan
memenuhi kebutuhan anggota serta mampu memposisikan produk di pasar sehingga
dapat memenangkan persaingan. Keeling
(2005 : 17) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa Tri-Valley Growers (TVG) dan the Rice Growers
Association (RGA) yang merupakan koperasi besar di California tutup, terutama diakibatkan oleh kurangnya
pendidikan dan pengawasan dari dewan pengurus;
manajer yang tidak efektif; dan keanggotaan yang pasif. Secara parsial membuktikan adanya pengaruh
yang signifikan secara positif antara variabel sikap wirausaha manajer terhadap
kinerja usaha koperasi, dengan besarnya pengaruh sebesar 48,84 persen. Hasil pengujian ini mengandung arti bahwa
kinerja usaha koperasi pada KUD di Provinsi Jawa Barat dipengaruhi oleh sikap wirausaha
manajer. Hal ini mengindikasikan
bahwa faktor sikap wirausaha
manajer dalam peningkatan kinerja usaha
koperasi memberikan peranan yang cukup penting. Hasil temuan ini sesuai dengan pendapat Abu Ahmadi ( 2003:233)
bahwa sikap sesorang akan menentukan perilaku, dan perilaku akan disesuaikan
dengan perannya. Peran dapat mempengaruhi nilai- nilai dan akan mempertemukan
harapan- harapan kelompoknya untuk mewujudkan tujuan yang telah disepakati.
Selanjunya Tulus Tambunan (2007 : 19), menyatakan bahwa wirausaha manajer koperasi yang baik merupakan
faktor krusial dalam menentukan keberhasilan usaha koperasi. Semakin baik sikap
wirausaha manajer koperasi, maka semakin baik perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU)
yang diterima anggota. Secara parsial, partisipasi angggota mempengaruhi kinerja
usaha koperasi secara langsung sebesar 30,27 persen, sedangkan pengaruh tidak langsung yaitu melalui
implementasi strategi pemasaran sebesar
17,43 persen, sehingga pengaruh totalnya sebesar 47,70 persen. Hal ini menunjukkan bahwa partisipasi anggota
merupakan salah satu faktor penentu baik
dan buruknya kinerja usaha koperasi.
Temuan ini sesuai dengan pendapat Prijadi Atmadja, (2004 : 5), bahwa pemberian manfaat bagi anggota dalam hal penyediaan
barang dan jasa yang diperlukan dengan mudah dan harga yang menguntungkan.
Dengan pelayanan koperasi yang memberikan manfaat atau nilai bagi anggota maka
anggota akan berpartisipasi pada koperasi dalam bentuk memberikan simpanan yang
akan menjadi modal koperasi, baik modal sendiri (simpanan pokok dan wajib)
maupun modal luar (simpanan sukarela), dan partisipasi dalam bentuk transaksi
yang menjadikan volume usaha koperasi dengan demikian kinerja koperasi akan
meningkat.
Pengaruh Implementasi Strategi Pemasaran Produk Terhadap Kinerja Usaha
Koperasi
Implementasi strategi pemasaran Produk memiliki pengaruh
terhadap kinerja usaha koperasi sebesar 0,3423 atau 34,23 persen. Dengan demikian secara langsung implementasi
strategi pemasaran memberikan pengaruh terhadap kinerja usaha koperasi. Hasil ini menunjukkan bahwa implementasi
strategi pemasaran merupakan salah satu faktor penentu bagi baik dan buruknya
kinerja usaha koperasi. Hasil temuan ini
didukung dengan pendapat Tulus Tambunan
(2007 : 7) bahwa pada umumnya tujuan
seorang produsen atau sebuah perusahaan, termasuk koperasi, adalah memperoleh
keuntungan. Dalam upayanya mencapai tujuannya itu, wirausaha manajer koperasi
tersebut melakukan banyak keputusan dan strategi pemasaran yang bisa
diimpelementasikan setiap hari. Peterson (2005 : 21), mengatakan bahwa koperasi
harus memiliki keunggulan - keunggulan kompetitif dibandingkan
organisasi-organisasi bisnis lainnya untuk bisa menang dalam persaingan. Salah
satu yang harus dilakukan koperasi untuk bisa menang dalam persaingan adalah
menciptakan efisiensi biaya. Pada
koperasi produksi komoditas-komoditas pertanian, lewat anggota koperasi
tersebut bisa melacak bahan baku yang lebih murah, sedangkan perusahaan non
koperasi harus mengeluarkan biaya untuk mencari bahan baku murah.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi. 2003. Psikologi
Umum. Ja- karta : Rineka Cipta.
Bayu Krismurthi. 2002. Membangun Koperasi Berbasis Anggota
dalam rangka Pengembangan Ekonomi Rakyat.
Bogor : PSP IPB.
Bilson Simamora. 2004. Panduan Riset Perilaku Konsumen.
Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Cravens David W. and Piercy Nigel F. 2006. Strategic
Marketing. Eighth Edition. UAS : Mc-Graw Hill.
Higher Educa- tion Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Barat. 2006.
Laporan Tahunan. Bandung : Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Barat.
Hanel, Alfred. 2005.
Organisasi Koperasi. Pokok-Pokok Pikiran Mengenai Or- ganisasi Koperasi
dan Kebijakan Pengembangannya di Negara- Negara Berkembang. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Keeling D. Jenefer.
2004. Lesson in Cooperative Failur The Rice Growers Association Experience.
Paper Presented at NCR-194 Research on Cooperative Annual Meeting Nov. 2 – 3, 2004. Kansas City, Missouri
Kusnadi dan Agustina Hanafi. 1999. Pengantar Manajemen
Strategi. Malang. Universitas Brawijaya.
Lukman Mohamad Baga. 2003. Peran Wirakoperasi dalam
Pengembangan Sistem Agribisnis Kajian Terhadap Pengembangan Agribisnis
Persusuan di Indonesia. Makalah. Pada Seminar Dwibulanan Istecs Eropa. Tanggal
5 Juli 2003. Universitas Frankfurt am Main. Germany.
Marver, John C and Stanley F. Slater. 1998. The Efecct of
Market Orientation on Business Profitability, Journal of Marketing, Vol 54 No. 3 pp. 20 – 35.
Melchers, J. M. 1994.
Dibutuhkan Suatu Perubahan Sikap. Majalah Prisma Nomor 9 Bulan Oktober
1994. 8 - 12.
Mueller, Daniel J. 1996. Mengukur Sikap Sosial. Terjemahan
Eddy Suwardi Kartawidjaja, Jakarta :
Bumi Ak- sara.
Peterson, Chris. 2005.
Searching for a Co- operative Competitive Advantage. mimeo, Michigan
State University.
Pitman, Lynn. 2005. Cooperatives in Wis- consin, mimeo,
University of Wis- consin Center for Cooperatives. Madison.
Prijadi Atmadja, 2004.
Model pemeringka- tan Koperasi : Instrumen Penilaian Hasil dan
Deteksi Keperluan Pem- berdayaan
Koperasi. dalam Infokop Edisi. 24 Tahun 2004
Robin, P. Stephen. 2001. Organizational Behaviour Concept
Conversies and Aplcations Six Edition. New York. Prentice Hal. Inc.
Ropke, J. 2003. Ekonomi Koperasi Teori dan Manajemen.
Terjemahan Sri Djatnika. Jakarta :
Salemba Empat.
Tiktik Sartika Partomo dan Abd. Rachman Soejoedono. 2004.
Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan Koperasi. Bogor : Ghalia Indonesia.
Tri Dayakisni Hudaniah.
2003. Psikologi Sosial. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang.
Tulus Tambunan. 2007. Prospek Koperasi Pengusaha dan Petani
di Indonesia dalam Tekanan Globalisasi Eko- nomi dan Liberalisasi Perdagangan
Dunia. Kadin-Pusat Studi Indutri dan UKM, Jakarta : Universitas Tri- sakti.
Winardi J. 2004.
Manajemen Perilaku Organisasi. Edisi Revisi. Jakarta : Kencana.
Chairunnisa Nursani
21212575 / 2 EB 09