Saturday, January 11, 2014

Profil Sikap Wirausaha Manajer, Partisipasi Anggota, Implementasi Strategi Pemasaran dan Kinerja Usaha Koperasi

KARTIB  BAYU

Majalah Ilmiah UNIKOM   Vol.8, No. 2

Profil Wirausaha Manajer 
Sikap wirausaha manajer pada KUD di Jawa Barat kecenderungan sudah positif. Namun demikian sikap wirausaha tersebut masih bervariasi, hal ini ditunjukan masih adanya sikap wirausaha manajer yang netral dan negatif. Terjadinya perbedaan sikap pada Manajer tersebut sesuai dengan pendapat  Bilson Simamora (2004 : 180) bahwa  sikap seseorang bisa terjadi  perbedaan dengan orang lain, hal ini  dikarenakan tingkat kebutuhan setiap manajer berbeda, persepsi terhadap realitas yang dihadapi berdasarkan persepsi masing -masing dan adanya perbedaan dalam pengolahan  pengalaman langsung yang mereka alami. Sikap wirausaha manajer dengan kecenderungan positif merupakan dasar bagi manajer untuk mengelola usahanya. Sesuai dengan pendapat  Mueller (1996 : 9), bahwa  sikap seseorang yang positif, dimungkinkan untuk mengekspresikan nilai- nilai yang diyakininya, artinya setiap orang akan berusaha untuk menterjemahkan  nilai -nilai yang diyakininya  ke dalam kontek sikap yang lebih nyata. Selanjutnya  Mueller (1996 : 7) menyatakan bahwa sikap yang diikuti dengan keyakinan ada kecenderungan orang akan menyukai dan cenderung mempunyai kepercayaan yang positif tentang objek  dan akan merealisasikan kecenderungan kecenderungan atau keinginan- keinginannya ke dalam perilaku yang positif. Sedangkan menurut Winardi (2004 : 217) seorang manajer bersikap negatif  disebabkan adanya pengalaman pahit masa lalu dan tidak terpenuhinya harapan untuk memenuhi kebutuhannya. Tri Dayakisni Hudaniah (2004 : 95 ) menyatakan bahwa sikap merupakan fungsi dari keyakinan tentang kemungkinan timbulnya konsekuanesi bila seseorang akan menentukan sikapnya baik positif maupun negatif dan akan mewujudkan dalam perilakunya maka pribadinya akan mengevaluasi terhadap konsekuensi yang mungkin timbul.  

Profil Partisipasi Anggota 
Partisipasi anggota pada KUD di Jawa Barat  kecenderungan sudah aktif. Namun demikian tingkat partisipasi anggotanya masih bervariasi, yang ditunjukkan dengan masih adanya  KUD dengan tingkat partisipasi anggota yang kurang aktif, pasif dan bahkan ada sangat pasif. Terjadinya perbedaan ini sesuai dengan pendapat Ropke (2003 : 53) bahwa tingkat partisipasi ditentukan oleh karakteritik anggota, manajemen dan program yang dilaksanakan oleh koperasi. Menurut Bayu Krisnamurthi (2002 : 5)  Keterlibatan anggota dengan koperasi karena pertimbangan rasional yang melihat koperasi mampu memberikan pelayanan yang lebih baik. Koperasi yang telah berada pada kondisi ini dinilai berada pada tingkat yang lebih tinggi dilihat dari perannya bagi anggota dan masyarakat. Tingkat partisipasi anggota KUD di Jawa Barat dengan  kecenderungan sudah aktif, merupakan dasar dan kekuatan untuk meningkatkan kinerja usaha koperasi. Sesuai dengan pendapat Hanel (2005 : 79) Para anggota koperasi memiliki hak dan kesempatan serta termotivasi dan sanggup untuk berpartisipasi dalam mengambil keputusan  mengenai tujuan yang hendak dicapai, berpartisipasi dalam pemupukan modal dan partisipasi dalam pemanfaatan pelayanan yang diberikan koperasi untuk mewujudkan tujuan koperasi yang telah ditentukan. Menurut Ropke (2003 : 41) bahwa partisipasi anggota dibutuhkan untuk mengurangi kinerja koperasi yang buruk, mencegah penyimpangan dan membuat pengurus atau manajemen lebih bertanggung jawab. Selanjutnya Menurut Tiktik Sartika Partomo, (2004 : 82) bahwa Koperasi dikelola untuk meningkatkan manfaat  atau kepentingan para anggotanya dengan menggunakan metode  yang khusus untuk mengoptimalkan kebutuhan anggotanya dan memberikan balas jasa berdasarkan partisipasi anggota pada koperasi dan memberikan pelayanan tambahan yang lebih baik.

Profil Strategi Pemasaran Produk 
Implementasi strategi pemasaran pada KUD di Jawa Barat kecenderungan masih kurang baik, artinya strategi pemasaran yang telah dibuat kurang dapat diimplemtasikan dengan baik. Hal ini perlu dicermati karena kemungkinan dalam implementasinya terdapat kendala atau masalah sehingga implementasinya tidak sesuai dengan harapan. Sesuai dengan pendapat  Kusnadi dan Agustina Hanafi  (1999 : 382 - 385) bahwa pada umumnya  masalah yang dihadapi dalam implementasian strategi yaitu implementasi berjalan lebih lambat dari perencanaan awalnya, muncul masalah-masalah utama yang tidak terduga, kurangnnya kemampuan para karyawan yang terlibat dalam implementasi strategi, tidak terkendalinya faktor - faktor lingkungan eksternal, tidak memadainya kepemimpinan dan pengarahan dari para manajer dan tidak memadainya pemantauan aktivitas oleh sistem informasi yang dimiliki. Implementasi pemasaran yang kurang baik akan menentukan keberhasilan usaha KUD. Sesuai dengan pendapat Craven (2006 : 153) bahwa implementasi strategi pemasaran  akan menentukan hasil dari perencanaan pemasaran.  Rencana implementasi yang baik memperlihatkan aktivitas yang akan diimplementasikan.

Profil Kinerja Usaha Koperasi 
Kinerja usaha KUD di Jawa Barat kecenderungan sudah baik, namun jika di lihat per KUD kinerja usahanya masih bervariasi, hal ini ditunjukkan dengan masih adanya kinerja usaha KUD yang kurang baik, buruk dan bahkan sangat buruk. Terjadinya variasi kinerja usaha disebabkan adanya perbedaan kemampuan KUD dalam menghasilkan kinerja usaha yang baik. Sesuai dengan pendapat Robbins (2001 :187)  bahwa kinerja merupakan fungsi dari kemampuan, motivasi, dan kesempatan. Secara fisiologis, kemampuan (ability), pegawai terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (job knowledge  dan  skill),  artinya  pegawai yang memiliki IQ diatas rata-rata  dengan pendidikan yang memadai untuk jabatan dan keterampilan dalam pekerjaannya sehari-hari  maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Melcher (1994 : 44) menyatakan bahwa diantara faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi dan efektifitas organisasi adalah pola-pola perilaku yang muncul. Walaupun dua buah organisasi beroperasi pada lingkungan yang sama, memakai peralatan yang sama, dan menguasai teknologi yang sama, persoalannya mungkin memiliki latar belakang skill dan pendidikan profesional yang sama, mungkin organisasi yang satu lebih inovatif, efisien dan efektif dalam mencapai sasarannya daripada yang lain. Perbedaan tersebut sebagian besar karena pola-pola perilaku yang berkembang.

Hubungan Sikap Wirausaha Manajer dengan Partisipasi Anggota 
Sikap wirausaha manajer memiliki hubungan yang signifikan dengan partisipasi anggota. Hasil pengujian menunjukan bahwa ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara sikap wirausaha manajer dengan partisipasi anggota dengan nilai korelasi sebesar 0,7579 atau  75,79  persen. Tingkat hubungan antara kedua variabel tersebut dapat dikatakan sangat erat. Kondisi ini disebabkan bahwa sikap wirausaha manajer pada KUD di Jawa Barat untuk mempengaruhi partisipasi anggota secara umum dapat meningkatkan partisipasi anggota dan juga sebaliknya bahwa partisipasi anggota dapat meningkatkan sikap wirausaha manajer. Sesuai dengan Teori keseimbangan Heider dalam Tri Dayakisni Hudaniah (2003 : 101) bahwa sikap seseorang akan berkenaan dengan orang lain dan objek sikap serta  akan membentuk suatu kombinasi yang akan menghasilkan hubungan yang seimbang. Elemen yang terlibat dalam hubungan dipersepsi saling memiliki yang berlangsung karena prinsip kesamaan, kedekatan dan pengalaman. Hubungan antara sikap wirausaha manajer dan partisipasi sangat erat, hal ini menunjukkan bahwa kedua variabel itu sangat berkaitan dan keberadaannya sangat penting dalam perusahaan koperasi. Sikap wirausaha manajer baik positif, netral maupun negatif sangat kuat dan ada kecenderungan untuk berperilaku dan bertindak sesuai sikapnya. Hanel (2005 : 131) menyatakan bahwa partisipasi anggota dapat dipertahankan dan meningkat, jika ada kesesuaian antara anggota dengan program, adanya kesesuaian antara program dengan kemampuan wirausaha manajer serta adanya kesesuaian antara wirausaha manajer dalam mengambil keputusan dengan permintaan anggota.

Pengaruh Sikap Wirausaha Manajer dan Partisipasi Anggota Terhadap Implementasi Strategi Pemasaran 
Hasil pengujian menunjukkan bahwa sikap wirausaha manajer dan partisipasi anggota secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap implementasi strategi pemasaran dengan besar pengaruh 68,90 persen. Hal ini menunjukkan bahwa 68,90 persen variasi impelementasi strategi pemasaran KUD di Jawa Barat di tentukan oleh variasi sikap wirausaha manajer dan partisipasi anggota. Sisanya 31,10 persen ditentukan oleh variabel lain yang tidak diteliti, seperti gaya kepemimpinan pengurus, peran serta pemerintah, lingkungan, dan budaya masyarakat sikap wirausaha manajer dan partisipasi anggota merupakan faktor penting dalam implementasi strategi pemasaran. Temuan ini  sesuai dengan pendapat Tri Dayakisni Hudaniah (2003 : 105) bahwa sikap seseorang pada suatu objek merupakan manifestasi dari kognitif, afektif dan konatif yang saling berinteraksi memahami, merasakan dan berperilaku. Dalam sikap yang positif reaksi seseorang terhadap suatu pekerjaan, maka mereka cenderung  menyenangi dan melaksanakan pekerjaan tersebut. Selanjutnya Lukman M. Baga (2003 : 13) menyatakan bahwa Peran seorang wirausaha koperasi berbeda dengan wirausaha pada umumnya. Wirausaha manajer koperasi tidak bekerja  sendirian, melainkan bersama dengan  anggotanya. Oleh karenanya, seorang wirausaha manajer merupakan seorang pemimpin.  Pemimpin yang diikuti anggotanya, dan juga yang mengembangkan sumberdaya yang dimiliki anggotanya, termasuk sumberdaya manusia anggota untuk mengembangkan dan memanfaatkan peluang pasar yang tersedia. Secara parsial bahwa sikap wirausaha manajer berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap implementasi strategi pemasaran sebesar 0,37,48. Keadaan ini mengindikasikan bahwa implementasi strategi pemasaran 37,48 persen ditentukan oleh sikap wirausaha manajer. Hal ini membuktikan bahwa variabel sikap wirausaha manajer merupakan faktor penting yang dapat memprediksi implementasi strategi pemasaran. Temuan ini sesuai dengan pendapat Bayu krisnamurthi (2002 : 6) bahwa  Jiwa wirausaha koperasi mencerminkan jiwa perwira (unggul) yang tidak hanya bersifat inovatif, tapi juga memiliki kegigihan serta dedikasi tinggi terhadap bidang usaha yang digarap, percaya diri dan mampu mengkalkulasi resiko, sabar dan kreatif dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi. Selain itu wirausaha manajer harus dapat melayani  kebutuhan  untuk kegiatan usaha dan membantu menjual produksi yang mereka hasilkan.  Marver dan Slatter (1998 : 13) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa  untuk dapat unggul
bersaing di pasar, wirausaha manager harus melaksanakan 3 kegiatan yaitu orientasi konsumen, orientasi pesaing dan koordinasi antar fungsi. Orientasi pasar yang dilaksanakan koperasi agar dalam persaingan pasar bisa dipertahankan harga jual barang/jasa sedemikan rupa dengan tetap memperhatikan gerakan pesaing, bahkan ikut mengendalikan harga jual barang/jasa. Secara parsial partisipasi anggota berpengaruh positif dan signifikan terhadap implementasi strategi pemasaran sebesar 0,5192, artinya variasi implementasi strategi pemasaran secara parsial 51,92 persen ditentukan oleh variasi partisipasi anggota. Hal ini membuktikan bahwa partisipasi anggota merupakan faktor penting dalam menentukan implementasi strategi pemasaran. Hasil temuan ini sesuai dengan pendapat  Hanel (2005 : 133) bahwa peningkatan pelayanan yang efisien melalui penyediaan barang dan jasa oleh perusahaan koperasi akan menjadi perangsang penting bagi anggota untuk turut memberikan kontribusinya bagi pembentukan dan pertumbuhan koperasi. Dalam hal ini intensitas perangsang yang dikehendaki para anggota itu, sangat berkaitan erat dengan seberapa jauh barang dan jasa tersebut memenuhi kebutuhan yang secara subyektif dirasakan oleh masing - masing anggota, sehingga dapat meningkatkan kepentingan rumah tangga, usaha tani atau unit usahanya.

Pengaruh Sikap Wirausaha Manajer dan Partisipasi Anggota Terhadap Kinerja Usaha Koperasi. 
Secara simultan, besarnya pengaruh variabel sikap wirausaha manajer dan partisipasi anggota terhadap kinerja usaha koperasi sebesar 85,56 persen, sedangkan sisanya sebesar 14,46 persen  disebabkan oleh faktor-faktor lain  yang tidak diteliti, yang diduga dari faktor internal yaitu pengurus, faktor eksternal yaitu peran pemerintah dan pihak katalis koperasi. Hasil temuan ini menunjukkan bahwa sikap wirausaha manajer, dan partisipasi anggota merupakan faktor penting di dalam menentukan tinggi rendahnya kinerja usaha KUD di Provinsi Jawa Barat. Relatif tingginya pengaruh kedua variabel tersebut secara simultan terhadap kinerja usaha KUD, karena variabel sikap wirausaha manajer, dan partisipasi anggota merupakan faktor-faktor yang melekat pada individu manusia yang memiliki kaitan erat dengan pembentukan kinerja usaha koperasi yang ditunjukkan dengan nilai korelasi statistik antara variabel tersebut. Hasil temuan ini didukung oleh hasil penelitian Pitman (2005) terhadap kinerja berbagai macam koperasi di Wisconsin (AS), yang menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja usaha koperasi yaitu sikap dan komitmen yang efektif dari manajer, selalu ada informasi yang lengkap dan up to date kepada anggota-anggotanya sehingga mereka akan meningkatkan partisipasinya, mengembangkan dan memperluas pasar untuk produk anggota dan memenuhi kebutuhan anggota serta mampu memposisikan produk di pasar sehingga dapat memenangkan persaingan. Keeling (2005 : 17) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa  Tri-Valley Growers (TVG) dan the Rice Growers Association (RGA) yang merupakan koperasi besar di California  tutup, terutama diakibatkan oleh kurangnya pendidikan dan pengawasan dari dewan pengurus;  manajer yang tidak efektif; dan keanggotaan yang pasif. Secara parsial membuktikan adanya pengaruh yang signifikan secara positif antara variabel sikap wirausaha manajer terhadap kinerja usaha koperasi, dengan besarnya pengaruh sebesar 48,84 persen.  Hasil pengujian ini mengandung arti bahwa kinerja usaha koperasi pada KUD di Provinsi Jawa Barat  dipengaruhi oleh sikap wirausaha manajer. Hal ini mengindikasikan bahwa  faktor sikap wirausaha manajer  dalam peningkatan kinerja usaha koperasi memberikan peranan yang cukup penting.   Hasil temuan ini  sesuai dengan pendapat Abu Ahmadi ( 2003:233) bahwa sikap sesorang akan menentukan perilaku, dan perilaku akan disesuaikan dengan perannya. Peran dapat mempengaruhi nilai- nilai dan akan mempertemukan harapan- harapan kelompoknya untuk mewujudkan tujuan yang telah disepakati. Selanjunya Tulus Tambunan (2007 : 19), menyatakan bahwa  wirausaha manajer koperasi yang baik merupakan faktor krusial dalam menentukan keberhasilan usaha koperasi. Semakin baik sikap wirausaha manajer koperasi, maka semakin baik perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) yang diterima anggota. Secara parsial,  partisipasi angggota mempengaruhi kinerja usaha koperasi secara langsung sebesar 30,27 persen, sedangkan pengaruh tidak langsung yaitu melalui implementasi strategi pemasaran  sebesar 17,43 persen, sehingga pengaruh totalnya sebesar 47,70 persen. Hal ini menunjukkan bahwa partisipasi anggota merupakan salah satu faktor  penentu baik dan buruknya kinerja  usaha koperasi. Temuan ini sesuai dengan pendapat Prijadi Atmadja, (2004 : 5), bahwa pemberian  manfaat bagi anggota dalam hal penyediaan barang dan jasa yang diperlukan dengan mudah dan harga yang menguntungkan. Dengan pelayanan koperasi yang memberikan manfaat atau nilai bagi anggota maka anggota akan berpartisipasi pada koperasi dalam bentuk memberikan simpanan yang akan menjadi modal koperasi, baik modal sendiri (simpanan pokok dan wajib) maupun modal luar (simpanan sukarela), dan partisipasi dalam bentuk transaksi yang menjadikan volume usaha koperasi dengan demikian kinerja koperasi akan meningkat.

Pengaruh Implementasi Strategi Pemasaran Produk Terhadap Kinerja Usaha Koperasi 
Implementasi strategi pemasaran Produk memiliki pengaruh terhadap kinerja usaha koperasi sebesar 0,3423 atau 34,23 persen. Dengan demikian secara langsung implementasi strategi pemasaran memberikan pengaruh terhadap kinerja usaha koperasi. Hasil ini menunjukkan bahwa implementasi strategi pemasaran merupakan salah satu faktor penentu bagi baik dan buruknya kinerja usaha koperasi. Hasil temuan ini didukung dengan  pendapat Tulus Tambunan (2007 : 7) bahwa pada  umumnya tujuan seorang produsen atau sebuah perusahaan, termasuk koperasi, adalah memperoleh keuntungan. Dalam upayanya mencapai tujuannya itu, wirausaha manajer koperasi tersebut melakukan banyak keputusan dan strategi pemasaran yang bisa diimpelementasikan  setiap hari. Peterson (2005 : 21), mengatakan bahwa koperasi harus memiliki keunggulan - keunggulan kompetitif dibandingkan organisasi-organisasi bisnis lainnya untuk bisa menang dalam persaingan. Salah satu yang harus dilakukan koperasi untuk bisa menang dalam persaingan adalah menciptakan efisiensi biaya. Pada koperasi produksi komoditas-komoditas pertanian, lewat anggota koperasi tersebut bisa melacak bahan baku yang lebih murah, sedangkan perusahaan non koperasi harus mengeluarkan biaya untuk mencari bahan baku murah.


DAFTAR PUSTAKA 
Abu Ahmadi. 2003.  Psikologi Umum. Ja- karta : Rineka Cipta. 
Bayu Krismurthi. 2002. Membangun Koperasi Berbasis Anggota dalam rangka Pengembangan Ekonomi Rakyat.  Bogor : PSP IPB. 
Bilson Simamora. 2004. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta  : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Cravens David W. and Piercy Nigel F. 2006. Strategic Marketing. Eighth Edition. UAS : Mc-Graw Hill.  Higher Educa- tion Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Barat. 2006. Laporan Tahunan. Bandung : Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Barat.
Hanel, Alfred. 2005.  Organisasi Koperasi. Pokok-Pokok Pikiran Mengenai Or- ganisasi Koperasi dan Kebijakan Pengembangannya di Negara- Negara Berkembang. Yogyakarta :  Graha Ilmu.
 Keeling D. Jenefer. 2004. Lesson in Cooperative Failur The Rice Growers Association Experience. Paper Presented at NCR-194 Research on Cooperative Annual Meeting  Nov. 2 – 3, 2004. Kansas City, Missouri
Kusnadi dan Agustina Hanafi. 1999. Pengantar Manajemen Strategi.  Malang. Universitas Brawijaya.
Lukman Mohamad Baga. 2003. Peran Wirakoperasi dalam Pengembangan Sistem  Agribisnis  Kajian Terhadap Pengembangan Agribisnis Persusuan di Indonesia. Makalah. Pada Seminar Dwibulanan Istecs Eropa. Tanggal 5 Juli 2003. Universitas Frankfurt am Main. Germany.
Marver, John C and Stanley F. Slater. 1998. The Efecct of Market Orientation on Business Profitability, Journal of Marketing, Vol 54  No. 3 pp. 20 – 35.
Melchers, J. M. 1994.   Dibutuhkan Suatu Perubahan Sikap. Majalah Prisma Nomor 9 Bulan Oktober 1994. 8 - 12.
Mueller, Daniel J. 1996. Mengukur Sikap Sosial. Terjemahan Eddy Suwardi Kartawidjaja, Jakarta :  Bumi Ak- sara.
Peterson, Chris. 2005.  Searching for a Co- operative Competitive Advantage. mimeo, Michigan State University. 
Pitman, Lynn. 2005. Cooperatives in Wis- consin, mimeo, University of Wis- consin Center for Cooperatives. Madison. 
Prijadi Atmadja, 2004.  Model pemeringka- tan Koperasi : Instrumen Penilaian Hasil dan Deteksi  Keperluan Pem- berdayaan Koperasi. dalam Infokop Edisi. 24 Tahun 2004
Robin, P. Stephen. 2001. Organizational Behaviour Concept Conversies and Aplcations Six Edition. New York. Prentice Hal. Inc.
Ropke, J. 2003. Ekonomi Koperasi Teori dan Manajemen. Terjemahan Sri Djatnika. Jakarta :  Salemba Empat.
Tiktik Sartika Partomo dan Abd. Rachman Soejoedono. 2004. Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan Koperasi. Bogor :  Ghalia Indonesia. 
Tri Dayakisni Hudaniah.  2003. Psikologi Sosial. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang. 
Tulus Tambunan. 2007. Prospek Koperasi Pengusaha dan Petani di Indonesia dalam Tekanan Globalisasi Eko- nomi dan Liberalisasi Perdagangan Dunia. Kadin-Pusat Studi Indutri dan UKM, Jakarta : Universitas Tri- sakti.
Winardi J. 2004.  Manajemen Perilaku Organisasi. Edisi Revisi. Jakarta : Kencana.

Chairunnisa Nursani 
21212575 / 2 EB 09