Thursday, June 13, 2013

PENGANGGURAN II


PENGANGGURAN
PART XVIII
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen.
Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya.
Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik, keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP (Gross National Product) dan pendapatan per kapita suatu negara.
Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah "pengangguran terselubung" di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.
Akibat Pengangguran
·      Bagi perekonomian negara
1. Penurunan pendapatan perkapita.
2. Penurunan pendapatan pemerintah yang berasal dari sektor pajak.
3. Meningkatnya biaya sosial yang harus dikeluarkan oleh pemerintah.
·      Bagi masyarakat
1. Pengangguran merupakan beban psikologis dan psikis.
2. Pengangguran dapat menghilangkan keterampilan, karena tidak digunakan apabila tidak bekerja.
3. Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik.
Biaya Sosial Dari Pengangguran
I.  Terganggunya Stabilitas Perekonomian
     Melemahnya Permintaan Agregat
Jika tingkat pengangguran tinggi dan bersifat struktural, maka daya beli akan menurun, sehingga dapat menimbulkan penurunan permintaan agregat.
Melemahnya Penawaran Agregat
Tingginya tingkat pengangguran akan menurunkan penawaran agregat, ini dilihat dari peranan tenaga kerja sebagai faktor produksi utama. Makin sedikit tenaga kerja yang digunakan, makin kecil penawran agregat. Makin lama seseorang menganggur, keterampilan, produktivitas maupun etika kerjanya mengalami penurunan.
II. Terganggunya Stabilitas Sosial Politik
Pengangguran bukan hanya masalh ekonomi, melainkan juga masalah sosial politik. Pengangguran yang tinggi akan meningkatkan kriminalitas, baik berupa kejahatan pencurian, permpokan, penggunan obat-obat terlarang ataupun kegiatan ekonomi ilegal lainnya. Biaya ekonomi yang dikeluarkan pun sangatlah besar dan sulit untuk diukur tingkat efisiensi dan efektivitasnya.
Inflasi dan Pengangguran: Kurva Philips
Hasil penelitian Profesor Philips tentang perekonomian Inggris periode 1861 – 1957 menunjukkan adanya hubungan negatif dan non linier antara kenaikan tingkat upah / inflasi tingkat upah ( wage inflation ) dengan pengangguran ( unemployement ).
a)    Adopsi Kaum Keynesian: Kurva Philips Jangka Pendek
Menjelaskan adanya trade off ( imbang korban atau harga yang harus dibayar ) antara tingkat inflasi dan pengangguran. Jika ingin mengurangi tingkat pengangguran, harga yang harus dibayar adalah meningginya inflasi.
b)   Adopsi Kaum Klasik: Kurva Philips Jangka Panjang
Dalam jangka panjang perekonomian berada dalam keadaan kesempatan kerja penuh ( full – employement ). Jadi, dalam jangka panjang tidak ada trade off antara inflasi dan pengangguran.

Kesimpulan
Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya.

Sumber
Rahardja Prathama, Mandala Manurung,Pengantar Ekonomi (mikroekonomi & makroekonomi) edisi ketiga.Jakarta:Lembaga Penerbit FEUI,2008

No comments:

Post a Comment